11 Februari 2008
Kunjungan Mursyid Thariqah Syadziliyah dari Prancis, Syaikh Khaled Bentounes ke kediaman Habib Muh di Yogyakarta
Pengurus
-
Ir. Al-Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus
-
Kolonel (Purn. AU) H.R. Wildan
-
Kolonel AD Farid Taufik Hidayat
-
Komisaris Polisi Sumargiyono, SH
PENGAWAS
-
Habib Hasan bin Abdullah Al-Kaff, SH. Spd.
-
Habib Abdullah Reza bin Abu Bakar Al-Athas
-
Habib Yunus Al-Eydrus
-
Habib Zaid Ba'bud Maghfun
-
Drs. Habib Abdurrahman Ba'bud Kharbasyah, M.Si
-
Habib Zahir Al-Eydrus
-
Habib Abdullah As-Seggaf
-
Habib Ismail Alwi Al-Eydrus
-
Habib Fuad Ba-Syaiban
-
Habib Abu Bakar Ba'bud Kharbasyah, SH
PENGURUS
-
KETUA
Ketua Umum : KH. Ahmad Zaki Setiadi, ST, MM
Ketua I : KH. Muhammad Asyhari Syuhada, BSc
Ketua II : Ust. Ahmad Sukino
Ketua III : Ust. Alfiansyah Nour, SE
-
SEKRETARIS
Sekretaris Umum : Dr. Drs. Muhammad Rizal Qosim, M.Si
Sekretaris I : KH. Adi Sahlan, SH
Sekretaris II : Ust. Abdul Halim, SE
Sekretaris III : Ust. Ihsanuddin Nour Azis Suseno, S.Ag, M.Pd
-
BENDAHARA
Bendahara Umum : H. Djasmanuddin, SE, MM
Bendahara I : Indra Nour Gunawan, SH
Bendahara II : Ust. Agus Ismail Sumanto
Bendahara III : D.C. Sulistyorino, SE
-
SEKSI KEAGAMAAN
-
Ust. Drs. Hipni Hilhanip (Koordinator)
-
Ust. Mahmud, SS
-
Ust. Riza Fahlifie Rahmat, S.Pdi
-
KH. Drs. Tabrani
-
Ust. Ahmad Dimyati
-
SEKSI HUMAS & KERJASAMA
-
KH. M.Sufyan Suri, SE (Koordinator)
-
Eka Harya Jawi
-
Ust. M.Taqiyuddin, S.Psi, S.Ag
-
Ust. Wahyu Mulyawan
-
Ust. Yuliadi, ST
-
Ust. Umrizal Sasmita
-
Tedi Danial, SE
SEKSI UMUM
Gus Ahmad Hariyono (Koordinator)
-
Bidang Perlengkapan
-
Ahmad Sukri, S.Pd (Koordinator)
-
Ridwan Rulianto, ST
-
Fajarianto Effendi, S.Fil
-
M. Daldiri
-
H. Syaiful Yusuf
-
Subandiyo
-
Farid Nur Najmuddin, AMd (Koordinator)
-
Muhammad Hilal Basyrifan, SE
-
Muhammad Hilmi Chaniago, S.Ag
-
Jutanto Ismail
-
Budi Busmar, S.Ag
-
Sutrisno Hadi
-
Bidang Transportasi
-
Ir. Jumarsyah (Koordinator)
-
Farid Nur Asyraf, AMd
-
Sugiyanto
-
Suharyono, ST
-
Reda Anshari, SE
-
Bidang Keamanan
-
Lettu AU. Ainul Chuzam, ST (Koordinator)
-
Dedy Nour Surya Atmaja, SH
-
Suprayogi
-
Ahmad Sudarman, ST
-
Rosihan Idris
-
Ahmad Sari
27 Januari 2008
Terapi Perkabungan
Begitulah judul sebuah artikel yang dikutip dari Surat Kabar Harian Jawa Pos terbitan Sabtu, 12 Januari 2008.
Begitulah sebuah cara dari salah satu bagian masyarakat dunia dalam menenangkan jiwa karena arus kehidupan yang semakin membawa manusia ke dalam sebuah pola hidup yang mementingkan keduniawian.
sebenarnya kalau kita tengok ke ajaran Islam sendiri, mengingat kematian adalah dianjurkan sehingga tidak ada celah untuk mencintai keduniawian secara berlebihan.
Itu sebagian daripada contoh, ada pula Salafus Shalihin yang memiliki sebuah lubang kubur di dalam kamar tidurnya dimana ketika beliau lelah dan ingin beristirahat setelah beribadah, maka beliau masuk kedalam lubang kubur itu. dengan demikian beliau langsung terbayang suatu saat pasti mati, sehingga rasa lelah itu hilang dan beliaupun melanjutkan Ibadah berdoa dan berdzikir kepada Allah SWT.
Lalu bagaimana dengan kita? sudahkah kita ingat akan kematian yang pasti? apa yang kita lakukan untuk mempersiapkan datangnya masa itu?
22 Januari 2008
Kalam Asy-Syaikh Abu Hamdun Al-Qashar An-Naisaburi
21 Januari 2008
Kalam Al-Habib Abdullah bin Abubakar Al-Eydrus Ba’Alawi RA
-
Peraslah jasadmu dengan mujahadah (memerangi nafsu duniawi) sehingga keluar minyak kemurnian dari dirimu.
-
Barangsiapa menginginkan keridloan Allah SWT hendaknya mendekatkan diri kepadaNya,karena keajaiban & kelembutan dari Allah terdapat pada akhir malam.
-
Ciri-ciri orang yang bahagia adalah mendapatkan taufiq dalam hidupnya, banyak ilmu & amal serta baik perangai dan tingkah laku.
-
Barangsiapa masuk dalam pendengaran yang sia-sia, maka ia telah berada dalam kerugian yang amat besar.
20 Januari 2008
Kegiatan Rutin Mingguan
- Do'a Pembuka Majelis.
- Pembacaan Surah Yasiin.
- Pembacaan Kitab Al-Aqidah An-Nafi'ah Susunan Al-Imam Al-Habib Ali bin Abu Bakar Assakran Ba'Alawi RA.*
- Dzikir Ratib Al-Eydrus I Susunan Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Abu bakar Al-Eydrus Al-Kabir Ba'Alawi RA.
- Dzikir Ratib Al-Eydrus II SusunanAl-Imam Al-Habib Abu Bakar Al-Eydrus Al-Adni Ba'Alawi Shahibul Laban RA.
- Do'a Shalawat.
- Do'a Auliya Tarim.
- Do'a Penutup Majelis.
- Tausiyah.
Setiap Jum'at malam pukul 20.00 - 22.00 :
- Do'a Pembuka Majelis.
- Pembacaan Surah Yasiin.
- Pembacaan Kitab Maulud Al-Mahmud Susunan Al-Habib Alwi bin Abu Bakar Bilfaqih Ba'Alawi RA.
- Do'a Penutup Maulud.
- Do'a Auliya Tarim.
- Do'a Penutup Majelis.
- Tausiyah.
Keterangan :
* Kondisional
Tentang Majelis Muhyin Nufuus
-
Dalam hal Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah merujuk kepada faham dari Al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan Al-Imam Abu Mansur Al-Maturidiy.
-
Dalam keilmuan hukum Fiqh bersumber kepada Imam empat Madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali) serta yang sefaham dengannya
-
Dan dalam Tasawuf, dasar Majelis ini bersumber kepada ajaran Al-Imam Abul Qosim Al-Junaidi dan Al-Imam Al-Ghazali.
-
Sebagai sarana dan wadah bagi umat Islam untuk menerapkan amal ibadahnya dan mendekatkan diri kepada Allah SWT (Taqorrub Ilallah).
-
Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
-
Menjalin tali persaudaraan antar sesama umat Islam.
-
Mempererat persatuan dan meningkatkan kerjasama antar umat beragama maupun antar komponen masyarakat.
-
Secara kongkret melalui majelis dzikir, pengajian ilmu agama dan amal kegiatan sosial keagamaan yang lain demi tercapainya kemaslahatan umat, sebagaimana yang telah dirintis oleh Baginda Rasulullah SAW serta para Salafus Shalihin.
Serta berfungsi untuk :
-
Memberikan dorongan dan pembinaan ajaran Islam terhadap anggotanya sehingga mampu memiliki rasa tanggungjawab sebagai hamba Allah SWT serta sebagai umat Islam.
-
Suatu wadah yang dapat menampung dan menyalurkan bakat dan keinginan serta mengembangkan keilmuan dan pendidikan ke-Islaman secara terarah dan terorganisir.
-
Sebagai wadah yang dapat mendorong peningkatan kesadaran, ketulusan, tanggungjawab serta pengabdian terhadap Agama, Masyarakat, Nusa, Bangsa dan Negara.
Dalam pelaksanaan kegiatan keorganisasiannya, Majelis ini dijalankan oleh Pengurus Pusat yang telah dipilih oleh jamaah Majelis dan ditetapkan oleh Pimpinan. Adapun pada perjuangan dakwahnya secara berkelanjutan mengadakan kegiatan dzikir berjamaah, majelis taklim, kajian dan pendidikan islam, amil/zakat/infaq/shadaqah serta kegiatan ke-Islaman lainnya yang sejalan dengan Ahlussunnah wal Jama’ah dan telah disebarluaskan oleh Pengurus-Pengurus Cabang yang saat ini telah tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Majelis Muhyin Nufuus bersifat terbuka untuk seluruh lapisan umat Islam, mandiri dan kooperatif untuk kepentingan umat Islam, masyarakat, nusa, bangsa dan negara. Majelis ini memiliki konsep membangun manusia dari jiwa (ruhaniyah) dengan memperbaiki akhlaq, keimanan, ketakwaan dan baru kemudian pembangunan fisik (jasmaniyah). Namun demikian dalam konsep perjuangannya, Majelis Muhyin Nufuus tetap menjaga keseimbangan dalam ajaran Islam yaitu konsep Iman, Islam dan Ihsan sebagai sistem pemahaman, penghayatan dan pengamalan Islam secara menyeluruh (Kaffah). Oleh karena itu Majelis Dzikir dan Do’a Muhyin Nufuus disamping memiliki komitmen untuk terus meningkatkan hubungan langsung kepada Allah SWT, juga memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap permasalahan umat dalam rangka membangun bangsa dan negara yang lebih maju, dalam wadah NKRI yang tumbuh sebagai bangsa yang beriman, bertakwa serta berakhlaq mulia melalui pembinaan mental-spiritual keagamaan khususnya pembinaan dzikir yang berkelanjutan.
-
Amaliyah Dzikir yang dibaca dalam Majelis Dzikir dan Do’a Muhyin Nufuus
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang lemah. "Dan manusia dijadikan bersifat lemah (An-Nisa;280)". Kelemahan manusia ini menyebabkan manusia tidak mampu menembus relung-relung paling dalam makna hakiki tentang penciptaan dirinya dan alam sekitarnya. Sifat manusia yang angkuh, congkak, malas, riya', dan suka menghasut dan dengki menyebabkan manusia makin jauh dari Tuhannya. Oleh sebab itu, dirasa sangat perlu bagi umat Islam untuk berbenah diri dan kembali ke ajaran Allah dan Rasul-Nya. Karena kita sebagai umat yang lupa dan kurang pengertiannya bahwa Allah itu Sang Pencipta segala sesuatu dan Rasulullah sebagai pembawa Risalah-Nya, kita diperintahkan-Nya untuk berdoa kepada-Nya dan Allah SWT berjanji serta menjamin umat Islam yang melanggengkan dzikir dan do'a untuk mengabulkannya. sebagaimana disampaikan dalam QS. Al-Mu’min ayat 60 : ”Mintalah kepada-Ku, pasti Aku mengabulkan permintaanmu”. Begitu juga dengan Hadits Rasulullah SAW : “Doa itu sebagai sumsum ibadah”. Dalam aturan doa pasti di-ijabah (dikabulkan), sebagaimana Sabda Rasulullah SAW : “ Bahwa orang yang berdoa itu takkan luput dari salah satu tiga perkara walau terkadang tak sesuai dengan apa yang diharapkannya; diampuni dosanya, diberikan kebaikan dengan istiqomah dan diberikan kebaikan itu di kelak kemudian hari.”
يا أيها الذين آمنوا اذكروا الله ذكرا كثيرا
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya" (Al-Ahzab:41)
وإذا سألك عبادي عني فإني قريب أجيب دعوة الداع إذا دعان فليستجيبوالي وليؤمنوا بي لعلهم يرشدون
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran" (Al-Baqaroh:128)
Orang yang melanggengkan kebaikan dengan banyak berzikir dan berdo'a, dan mengharapkan bersegera dikabulkan, maka Allah dengan janji-Nya akan mengabulkan permohonan mereka. Firman Allah.
أولئك يسارعون في الخيرات وهم لها سابقون
"Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya" (Al-Mukminun:60)
Setiap permohonan kepada Allah melalui zikir dan do'a pasti Allah akan mengabulkannya. Sebaliknya, apabila manusia angkuh dengan kesombongannya maka Allah tidak akan memberi pertolongan kepada mereka, melainkan akan menerima azab dari-Nya.
وقال ربكم ادعوني أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين
"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina" (Al-Mukmin:60)
Disebutkan dalam hadist Nabi:
ا لدعاء ينفع مما نزل ومما لم ينزل فعليكم عباد الله با لد عا ء
"Do'a akan bermanfa'at bagi perkara (musibah) yang telah diturunkan atau yang belum diturunkan. Oleh karena itu, wahai hamba-hamba Allah, hendaklah kalian selalu berdo'a" (HR. Hakim)
Dari kesemuanya di atas, kunci doa yang telah dinyatakan di-ijma’ bahwa berdoa adalah ibadah yang wajib dan seluruh ibadah syarat mutlaknya adalah Islam. Bisa syah Islamnya apabila sudah berikrar dua Kalimah Syahadat. Adapun beberapa amaliah yang dzikir dan do'a yang dibaca dalam Majelis Muhyin Nufuus ini diantaranya adalah:
-
Surat Yasiin:Dalam kandungan isinya memuat dasar Aqidah yang dapat menguatkan hati dikala mendengarkan dan mengkokohkan keimanan buat pembacanya. Dengan membacanya, biar jadi obat hati kita agar ingat kembali demi kesadaran diri sebagai kata pengantar untuk mengenal diri kita yang hakiki.
-
Al-Aqidah An-Nafi’ah:Ikrar pernyataan Aqidah Islamiyah untuk mengkokohkan keimanan dalam mencari Keridloan Allah SWT dan Mubarroh-Nya. Doa ini disusun oleh Al-Imam Al-Quthub : Al-Habib Ali bin Abubakar As-Sakran RA.
-
Ratib Al-Eydrus:Ratib berarti susunan atau kumpulan bacaan dzikir yang tertata rapi atau tertib yang berasal dari Al-Quran serta Hadits-Hadits yang Ma’tsur (Shahih), dengan hikmah-hikmah rahasia untuk kemuliaan, keamanan dan keselamatan diri dari semua kejahatan serta yang lainnya, demi meraih Keridloan-Nya. Ratib yang dibaca di Majelis ini adalah Ratib Al-Eydrus,disusun oleh : Sulthanul Mala’ wa Imamul Aulya, Syamsi Syamus wa Muhyin Nufuus : Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Abubakar Al-Eydrus RA atau yang juga bergelar Muhyin Nufuus, serta yang disusun oleh putra beliau yaitu : Shahibul Laban : Al-Imam Al-Habib Abubakar bin Abdullah Al-Eydrus Al-Adeni RA. Selain Ratib Al-Eydrus sebagai Ratib yang paling awal muncul, kita pasti telah mengenal dua karya Ratib yang muncul pada zaman sesudahnya yaitu Ratib Al-Athas karya Quthbil Anfaas : Al-Imam Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Athas RA, serta tentu saja Ratib Al-Haddad, karya Quthbil Irsyad wa Ghautsil bilad wal Ibad : Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad RA.
-
Maulud Al-Mahmud:Bahwasanya Allah memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk bershalawat kepada Nabi dan Allah SWT beserta para Malaikat juga menjalankan hal tersebut, maka Shalawat atas Nabi dan keluarganya adalah Wajib hukumnya. Sabda Rasulullah SAW : ” Shalawat atas diriku lebih utama daripada memerdekakan budak.” Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa : “Barang siapa bershalawat atas Nabi SAW 1X niscaya Allah membalas untuknya 10X, Barangsiapa bershalawat 10X Allah membalas untuknya 100X, Barangsiapa bershalawat 100X niscaya Allah membalas untuknya 1000X, Barangsiapa bershalawat 1000X, maka bahunya dengan bahuku atas pintu Surga”. Mudah-mudahan Rahmat Allah tetap atas diri Baginda Rasulullah SAW, kemuliannya dan kebesarannya. Sabda Rasulullah SAW juga : ”Hina diri seseorang yang ketika di sebut namaku, ia tidak bershalawat kepadaku.” Kita sudah pasti mengenal berbagai macam bacaan Maulud seperti : Barzanji, Diba’i, Burdah, dll. Sedangkan Maulud Al-Mahmud yang dibaca di Majelis ini, yang merupakan sarana untuk bershalawat & beroleh Syafaat Baginda Rasulullah SAW ini disusun oleh Al-‘Arif Billah : Al-Habib Alwi bin Abubakar Bilfaqih Ba’Alawi RA.
Kesemua bacaan amaliyah yang telah disebutkan di atas adalah amaliyah yang telah mendapat legitimasi dunia akhirat. Artinya bahwa kesemuanya bersumber dari ajaran Islam yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Baik yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadits-Hadits yang ma’tsur ataupun jalur Syaikh (Guru) yang meng-ijazahkannya. Apalagi itu semua diperoleh dari para Ahlul Bait Nabi sebagai pembawa panji-panji agama Islam & pembawa kedamaian di muka bumi. Konsep inilah yang lebih diakui kebenarannya karena memiliki sanad (silsilah) keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan dibanding dengan keilmuan yang tidak jelas jalur keilmuannya. Sehingga tidak terjadi kata bahasa terjebak dalam ajaran aliran sesat. Karena dasarnya jelas bahwa “Barangsiapa tak memiliki Guru yang haq dalam suatu kajian ilmu, maka gurunya adalah Syetan”. Sehingga yakinlah kita bahwa setiap manusia pada fitrahnya pasti tidak menginginkan hal tersebut, kecuali jika mereka termasuk golongan yang tidak mau membersihkan hatinya dan dan tidak mau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Maka tak ragu lagi bahwa dengan niat yang tulus untuk lebih mengharap Rahmat & Kasih-Nya, serta Syafaat Baginda Rasulullah SAW, tak ada alasan untuk tidak mengikuti golongan, jalan dan ajaran–ajaran beliau para Salafus Shalih dari keluarga dan keturunan Baginda Rasulullah SAW yang mulia. Sehingga apakah kita tidak bersyukur untuk meluangkan waktu berkumpul & bermunajat dalam Majelis untuk menghaturkan dzikir dan doa ke Hadirat Allah SWT untuk mengharap Ridlo-Nya? Sebagaiman Firman-Nya : “Yaitu orang–orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir kepada Allah. Ketahuilah bahwa hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’du ayat : 28). Maka Sekarang pertanyaannya adalah berapa kali dalam sehari kita bersihkan kotoran di tubuh kita? Lalu berapa kali dalam sehari hati kita berdzikir dan berdo'a kepada Allah sebagai usaha membersihkan hati serta menghidupkan jiwa kita?. “Marilah kita berlomba-lomba untuk mencari amal kebaikan yang bernilai bagi hidup kita”.
Wallahu a’lam bish shawwab