27 Januari 2008

Terapi Perkabungan

Begitulah judul sebuah artikel yang dikutip dari Surat Kabar Harian Jawa Pos terbitan Sabtu, 12 Januari 2008.

dalam artikel itu diberitakan tentang seorang Insinyur mesin dari Korea Selatan berusia 29 tahun bernama Hwang Yu-Jin, yang sebenarnya belum mati namun terbaring dalam sebuah peti mati di ruangan temaram.
Prosesi kematian bohong-bohongan di Kantor pusat Korea life Consulting Co di Chungju, Korsel, tersebut merupakan bagian dari tren warga Korsel untuk menikmati suasana "kematian".
Di tengah kemajuan Korsel yang pesat, terapi nyeleneh itu dinilai bisa menentramkan jiwa.
Kalau hidup sehat dalam bahasa Inggris disebut well-being, di sana trennya well-dying alias sakaratul maut yang nyaman.

Begitulah sebuah cara dari salah satu bagian masyarakat dunia dalam menenangkan jiwa karena arus kehidupan yang semakin membawa manusia ke dalam sebuah pola hidup yang mementingkan keduniawian.

sebenarnya kalau kita tengok ke ajaran Islam sendiri, mengingat kematian adalah dianjurkan sehingga tidak ada celah untuk mencintai keduniawian secara berlebihan.

Banyak sudah yang telah di contohkan, ambilah salah satu contoh dimana ada seorang Salafus Shalihin yang sudah mempersiapkan tempat untuk kuburnya, setiap saat setelah selesai melaksanakan Ibadah maka beliau masuk ke dalam lubang kubur yang telah disiapkan beliau lebih dahulu sebagai tempatnya kelak. Di situ beliau berdoa dan berdzikir kepada Allah SWT. ketika salah seorang sahabatnya bertanya untuk apa beliau si Salafus Shalihin itu berbuat demikian, lalu beliau pun menjawab "sebelum aku mendiami rumahku yang sekarang ini, aku telah mempersiapkannya lebih dahulu agar aku merasa nyaman tinggal di rumahku ini". "lalu apa hubungan itu dengan perbuatanmu ini?" tanya sahabatnya lagi. lalu beliau pun menjawab "karena ini adalah tempat jasadku kelak ketika aku sudah mati, maka aku harus mempersiapkan tempat ini sedemikian rupa".

Itu sebagian daripada contoh, ada pula Salafus Shalihin yang memiliki sebuah lubang kubur di dalam kamar tidurnya dimana ketika beliau lelah dan ingin beristirahat setelah beribadah, maka beliau masuk kedalam lubang kubur itu. dengan demikian beliau langsung terbayang suatu saat pasti mati, sehingga rasa lelah itu hilang dan beliaupun melanjutkan Ibadah berdoa dan berdzikir kepada Allah SWT.

Lalu bagaimana dengan kita? sudahkah kita ingat akan kematian yang pasti? apa yang kita lakukan untuk mempersiapkan datangnya masa itu?

Tidak ada komentar: